Pemimpin : Anugrah atau Bencana??
"Andai manusia tahu beban yang akan ditanggungnya di akhirat, pasti tidak ada orang yang berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin" Unknown
Saat ini negara Indonesia sedang dalam fase 5 tahunan yang biasa di sebut di media massa dengan pesta demokrasi 5 tahunan. Poster-poster capres & caleg, bendera-bendera partai banyak menghiasi (read: mengotori & merusak) pohon-pohon yang ada di pinggir jalan, suara knalpot-knalpot motor yang dapat merusak gendang telinga dan gerombolan motor yang mengganggu lalu lintas selama masa kampanye terbuka merupakan pemandangan yang biasa kami warga Jogja khususnya lihat setiap hari, bahkan anak-anak kecil ikut-ikutan bermain dengan bendera partai ketika bermain sepeda yang dimodif dengan gelas plastik yang dipasang di spoke sepeda mereka dengan teman-temannya, mungkin hal tersebut yang membuat acara 5 tahunan negara demokrasi ini mendapat sebutan dengan "pesta demokrasi".
Ketika melihat proses kampanye, dalam otak saya terbayang pikiran "untuk apa para calon pemimpin rakyat tersebut menghambur-hamburkan uang demi hal yang mungkin malah akan memberatkan mereka di Yaumul Hisab nanti, karena pertanggung jawabannya yang besar??" Dalam Islam, setiap individu adalah seorang pemimpin, walaupun itu hanya dalam kapasitas memimpin diri sendiri. Dalam Al-Quran juga disebutkan bahwa manusia diturunkan ke bumi untuk menjadi khalifah/pemimpin. Ustad saya di sekolah dulu pernah bilang "Tidak ada pekerjaan di dunia ini yang tidak ada hubungannya dengan akhirat, menangis, tertawa, bahkan menyanyi semua ada pertanggungjawabannya di akhirat. Akan ditanya menangismu buat apa? tertawamu penyebabnya apa? menyanyimu landasannya apa? Alinsaanu hayawanun mas`ul. hanya debu yang tidak dimintau pertanggungjawabannya di akhirat. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Semuanya berkewajiban sama. Sebab manusia sudah menyatakan mampu menjaga amanah menjadi khalifah di muka bumi. Maka tidak ada dikotomi pekerjaan dunia dan akhirat. Waspada ! Disinilah syetan dan iblis akan memulai langkah pertamanya!"(K.H Hasan Abdullah Sahal). Dari pernyataan diatas terlihat bahwa kepemimpinan bukanlah hal yang sepele, pemimpin adalah pelayan rakyat bukan sebaliknya karena semua hal yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Pemimpin adalah seseorang yang akan membawa rakyat yang dipimpinnya menjadi lebih baik atau sebaliknya, beruntung apabila rakyat yang dipimpinnya menjadi lebih baik dan taat kepada Allah dan bencana apabila rakyat yang dipimpinnya semakin rusak maka bukan tidak mungkin dirinya menjadi tambahan bahan bakar neraka nantinya na`udzubillah.
Khalifah Umar bin Khatab R.A ketika menjelang kematian beliau marah ketika proses peralihan kepemimpinan, ketika para sahabat menawarkan anak Umar untuk meneruskan kepemimpinan dirinya"Apakah kalian berpikir aku melakukan pekerjaan ini untuk menguntungkan diriku sendiri dan keluargaku?" karena beliau tidak ingin keluarganya menanggung hal yang berat seperti yang dirinya tanggung ketika menjadi pemimpin. Bahkan manusia sekelas Umar yang ditakuti syetan pun, masih merasa tidak mampu dan berat menerima amanah menjadi pemimpin umat Islam, karena tahu pertanggungjawaban yang akan ditanyakan oleh malaikat di akhirat kelak yang mungkin akan menghalangi jalannya menuju surga. Jadi kembali ke diri masing-masing apakah makna dari kepemimpinan itu sendiri :)
Yogyakarta, 9-April-2014
Comments
Post a Comment