Tuhanmu yang mana?

Tuhan itu ada dua...
Yang pertama adalah Tuhan asli yang menciptakan kita....
Dan Tuhan yang kedua adalah Tuhan yang diciptakan oleh manusia....
(Peekay from "PK" movie 2014)

Sebuah kalimat sederhana yang memiliki makna yang dalam, bahkan memiliki korelasi dengan keadaan yang tengah terjadi di negara kita, Indonesia.
Banyak kasus yang sedang melanda dari negeri kita, mulai dari kecelakaan pesawat Air Asia yang menelan banyak korban sampai kasus wakil rakyat yang saling berebut kekuasaan tanpa memerdulikan keadaan warganya yang kacau. 
Tanpa rasa malu para pelindung masyarakat saling berebut kekuasaan, saling menyalahkan antara institusi yang satu dengan yang lain dan merasa dirinya menjadi pihak yang paling benar. Salah satu penyebab para penguasa itu bertindak seperti anak kecil adalah akibat dari tuntutan gengsi dan gaya hidup, mereka takut untuk hidup serba kekurangan. Padahal, kadar "kekurangan" menurut mereka mungkin menjadi sebuah kondisi "berlebih" bagi rakyat yang masih berperang dengan kelaparan dan kebodohan.
Nafsu akan kekuasaan telah menjadi Tuhan baru bagi mereka, kekuasaan yang mereka perebutkan di dunia yang serba semu dan fana, pada akhirnya semuanya akan hilang, bahkan harta yang mereka kumpulkan semasa hidup tidak akan menemaninya di lubang kubur yang hanya cukup untuk satu mayat.
Amanah dari rakyat yang memilihnya telah dipermainkan sedemikian rupa demi memenuhi kebutuhan perut buncitnya dan gaya hidup mewah yang jauh dari kata sederhana. Mungkin kalimat "rakyat telah bosan didzolimi" menjadi pas untuk menggambarkan keadaan masyarakat kita saat ini, kebijakan-kebijakan yang kontra masyarakat menjadi pengkhianatan demokrasi. Demokrasi yang (katanya) kepemimpinan tertinggi itu di tangan rakyat, jika kepemimpinan tertinggi di atas tangan rakyat, harusnya para penguasa yang notabene berlatar belakang pendidikan yang tinggi sadar bahwa mereka merupakan pelayan masyarakat, semua fasilitas yang mereka dapat harusnya berbanding lurus dengan apa yang mereka perbuat untuk rakyat.
Mungkin, rakyat tidak akan mampu untuk menuntut janji-janji yang mereka ucapkan ketika masa pemilihan. Tetapi, Tuhan tidak akan pernah lupa untuk menuntut segala janji yang telah terucap dari dalam mulut mereka. "Black Box" milik Tuhan tentu lebih canggih daripada buatan manusia, ketika teknologi manusia hanya sebatas merekam percakapan yang terjadi sebelum kecelakaan terjadi, teknologi milik Tuhan tentu lebih canggih, bahkan tangan dan kaki kita mampu untuk bersaksi sendiri kelak ketika kita ditanya oleh malaikat di padang mahsyar.
Revolusi mental yang menjadi jargon presiden Jokowi harusnya dimulai dari dalam diri pemerintah dan para penguasa, mental-mental pekerja melayani rakyat tanpa memerdulikan jabatan, memenuhi kewajibannya kepada rakyat terlebih dahulu daripada meminta hak-hak yang menjadi milik mereka.
Teringat perkataan dari Kyai saya, ustadz Hasan Abdullah Sahal "hidup itu to give, to give, and to give bikini take and give atau sebaliknya" jangan sampai kita menjadi sampah perjuangan. Saatnya kembali pada Tuhan yang Maha Esa mencari kebahagiaan yang kekal dan mulai menghancurkan berhala yang bernama nafsu akan harta dunia dan kekuasaan semu, karena rakyat telah bosan didzolimi.

This is politics (source)

Comments

Popular Posts