Modernitas bagaikan mata pisau


Akhir-akhir ini media massa tengah ramai dengan berita tentang kasus dr. Ayu Prawarni, SpOG yang dinyatakan bersalah oleh Mahkamah Agung akibat dugaan malpraktik yang dilakukan kepada pasien Alm. Siska Makelty di Manado pada tahun 2010 lalu. Akibat dari kasus tersebut pada rabu 27 november 2013, ratusan dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berkumpul di tengah bunderan Hotel Indonesia untuk mengadakan demo.
Demo ratusan dokter yang tergabung dalam IDI
yang menarik di mata saya bukanlah berita tentang penangkapan atau malpraktik maupun demo yang dilakukan oleh perkumpulan dokter (IDI) yang membuat orang sakit yang mau memeriksakan sakitnya menjadi terbengkalai tersebut, tetapi, apabila ditelusuri lebih dalam mengenai masalah ini, timbul pertanyaan mendalam mengapa akhir-akhir ini rumah sakit maupun institusi kesehatan selalu penuh dengan pasien? mengapa pada zaman akhir ini manusia gampang terserang penyakit? padahal tubuh kita dirancang sedemikian canggihnya oleh Allah S.W.T, dengan kemampuan regenerasinya, kemampuan menyembuhkan dirinya, ketahanan tubuhnya akan segala virus yang berbahaya dan hal-hal lain yang terlalu banyak untuk dituliskan dalam blog ini. Hal tersebut menurut saya adalah dampak yang muncul akibat modernitas manusia, dimana segala hal menjadi mudah dilakukan, teknologi yang mempermudah manusia untuk melakukan segala hal menyebabkan manusia malas untuk bergerak sesuai kodrat alami manusia, sehingga masalah-masalah kesehatan seperti obesitas maupun penyakit mematikan lainnya menjadi hal yang biasa terjadi di masyarakat modern sekarang ini. Kampanye-kampanye kesehatan pun semakin banyak dilakukan baik oleh instansi pemerintah, lembaga pendidikan bahkan industri fitness tidak ketinggalan menyampaikan kampanye tersebut, tubuh-tubuh ideal ala fitnes lambat laun menjadi tren, sehingga produk-produk suplemen kesehatan pun semakin laku di pasaran.

 Apabila kita bandingkan dengan kakek-kakek dan nenek-nenek kita, kualitas hidup kita jauh sekali berbeda dengan mereka, pada zaman mereka (kakek dan nenek kita) segala sesuatu dilakukan dengan bergerak, apabila ingin bertemu pacar ya harus ketemu secara langsung, ingin minta uang buat bayar spp ya pulang ke rumah dan lain sebagainya. kemajuan teknologi seperti mata pisau yang bagus di satu sisi, tetapi berbahaya di sisi lain. Bagus karena kemudahan akses untuk melakukan hal yang sebenarnya lama menjadi efektif dan efisien, tetapi di sisi lain membuat manusia malas untuk bergerak, bahkan untuk pergi ke tempat yang hanya berjarak 100 meter pun harus memakai kendaraan bermotor.

Tetapi tidak segala hal yang ada pada zaman modern ini selalu menjadi efisien dan efektif, terkadang hal yang sebenarnya simpel malah dibuat ribet karena kecanggihan teknologi, contoh misalnya; olahraga lari, yang sebenarnya tidak butuh biaya, di zaman modern sekarang, sebelum lari harus memiliki sepatu lari yang bagus, kaos berteknologi dri-fit atau climacool yang nyaman dipakai, tidak lupa earphone dan smartphone yang dapat menghitung kalori yang dikeluarkan menjadi aksesoris yang tidak dapat ditinggalkan. Hal tersebut sebenarnya membuat orang yang ingin mulai berolahraga menjadi malu karena tidak memiliki aksesoris-yang sebenarnya tidak adapun kita bisa tetap bisa lari-tersebut.

Olahraga sebenarnya sangat simpel dilakukan, tidak harus terlihat tetapi terkadang hal-hal yang sering kita lakukan sehari-hari dapat dimasukkan ke dalam kategori olahraga, bersih-bersih kamar kos, berjalan kaki ke masjid, sholat 5 waktu sehari, berjalan ke warung tempat membeli makan merupakan hal sepele yang apabila kita penuhi, kita bisa menjaga kesehatan kita dengan baik, tanpa perlu olahraga berat selama beberapa menit atau jam yang dapat mengeluarkan keringet yang banyak. Coba kita bandingkan dengan orang-orang di masa lalu dimana teknologi seperti sekarang ini belum ditemukan, memang mereka belum modern seperti sekarang ini, tetapi mereka memiliki kemodernan dalam bidang kesehatan sehingga rata-rata dari mereka memiliki umur yang panjang dan kalaupun meninggal muda pun biasanya akibat dari peperangan yang mereka ikuti. Tubuh yang proporsional pun tidak perlu dibentuk di tempat fitnes, karena mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dengan berburu atapun berladang sehingga secara natural tubuh mereka terbentuk dan dapat berguna secara maksimal. tidak seperti realita sekarang yang berolahraga untuk membentuk tubuh mereka dengan mengeluarkan dana yang banyak kemudian hanya berhenti sebatas untuk pamer di depan orang maupun media sosial.

Olahraga itu simpel, murah dan mudah kalau kita mau berpikir, menjaga kesehatan itu mudah kalau kita tau tujuan kita makan itu untuk apa. Manusia modern memang maju dalam segi teknologi, tetapi tertinggal dalam sisi yang lain, khususnya kesehatan. Bahkan ironinya, seorang dokter seharusnya menjadi contoh individu yang sehat jasmani, tetapi banyak kita lihat dokter bertubuh buncit dan obesitas, tanda bahwa dokter tersebut tidak mempunyai pola hidup yang sehat.

Kos-kosan Ngadiwinatan. Jumat 29-November-2013.




Comments

Popular Posts