Something Wrong ??


"Banyak orang berfikir, bagaimana mencari hidup yang baik. TAPI, mereka lupa bagaimana mencari MATI YANG BAIK" K.H Hasan Abdullah Sahal -Pimpinan Pondok Modern, Darussalam, Gontor

Sekali lagi, kata-kata beliau guru besar favorit saya ketika nyantri di Gontor menyadarkan pikiran saya tentang makna hidup saya yang mulai melenceng ke arah yang salah -menurut saya pribadi-, kesibukan mendadak yang tidak pernah saya rasakan ketika mengenyam pendidikan di jenjang sarjana, kesalahan saya karena tidak banyak membaca buku -bahkan tidak pernah- cukup menyusahkan saya mengejar tempo pengajaran di program master, alhasil membaca buku secara maraton dengan bahasa-bahasa teori yang asing seperti alien menjadi kebiasaan pengganti hobi malas-malasan saya.

Berpikir merupakan tindakan yang sangat menguras tenaga, hingga terkadang konsentrasi kita hanya terfokus pada proses belajar tersebut, alhasil rasa malas kerap menghampiri ketika waktu ibadah telah tiba. Dari kasus tersebut mulai terngiang dalam pikiran saya "there`s something wrong" muncul berbagai pertanyaan "mengapa kita belajar? apa manfaat dari pendidikan dari kecil sampai sekarang? trus untungnya buat kita apa?", terdapat proses komunikasi yang terputus sehingga rasa cemas selalu menghinggapi pikiran, mungkin pernyataan tersebut terdengar lebay tetapi menimbulkan rasa penasaran ketika tidak dapat menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.

Dalam Islam, belajar merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan sejak dahulu, bahkan ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah perintah untuk membaca, dalam konteks yang lebih luas membaca tidak hanya kegiatan fisik membaca buku, tetapi mempelajari alam sekitar, tindakan manusia, dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk membaca. Kita dapat melihat bagaimana para keempat Imam besar belajar dengan tekun hingga menghasilkan artefak-artefak berupa buku yang dapat kita pelajari saat ini. 

Perkembangan dunia modern yang penuh dengan kompleksitas dan arus globalisasi yang mendukung kearah konvergensi budaya, menjadikan sekulerisme dalam konteks lingkup akademis terlihat seperti hal yang biasa, tidak mengherankan karena para dosen, doktor, bahkan guru besar kita mayoritas adalah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan tertinggi di negara-negara di Eropa maupun Amerika sehingga pola pikir mereka dipengaruhi oleh para pemikir Barat dan pikiran-pikiran tersebut ditanamkan kedalam otak mahasiswa mereka baik secara sadar maupun tidak sadar. Tentu budaya Barat sangat berbeda dengan budaya kita yang dipengaruhi agama Islam, posisi Islam dalam negara Indonesia lebih dari sekedar agama tetapi lebih dalam lagi menuju lingkup sosio-kultural masyarakat kita.

Disinilah arti belajar mengalami penyempitan, dosen saya mempunyai prinsip science for better society, dalam kalimat beliau terkandung nilai-nilai Islam yang telah diturunkan Allah SWT kepada Rasul berabad-abad lalu dalam surat Al-Asr ayat 3 yang berarti "kecuali orang yang beriman dan beramal saleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran dan berpesan-pesan dengan sabar". Belajar tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik. Dalam konteks Islam, manfaat dari pengetahuan (belajar) adalah agar diri kita semakin mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah SWT, oleh karena itu belajar di era modern saat ini dapat disejajarkan posisinya dengan jihad pada masa awal Islam. Artefak belajar dapat diartikulasikan kedalam tindakan sehari-hari, baik melalui sikap, pakaian, dan pola pikir karena tindakan merupakan bentuk nyata keimanan kita. Harusnya, semakin kita mendapatkan banyak ilmu, semakin rajin kita beribadah kepadaNya sebagai rasa syukur kita akan ilmuNya yang begitu luas, tetapi terkadang dalam kehidupan nyata justru semakin banyaknya ilmu berbanding lurus dengan kemalasan ibadah (tidak semua orang), contoh kecil adalah mengabaikan adzan, yang berarti mengabaikan panggilan Allah dan kelak kita tidak boleh marah ketika Allah mengabaikan kita di akhirat, naudzubillah.

Alangkah indahnya jika kita belajar untuk mencari ridhoNya, selain mendapatkan kenikmatan duniawi berupa ilmu yang bermanfaat, pahala pun kita dapat sebagai tabungan di hari perhitungan kelak di akhirat, jadi kita bisa melakukan 2 hal yang menguntungkan dalam satu waktu sekaligus. Allah SWT berjanji, apabila kita mengejar kehidupan akhirat maka dunia juga akan diberikanNya, apabila kita mengejar kehidupan dunia saja, maka Allah pun akan memberinya. Tetapi, apalah arti jika kita hanya mengejar kepuasan hidup di dunia yang fana ini, bukankah menyenangkan jika kita mengejar kehidupan yang abadi di akhirat kelak?. Jangan sampai kita hidup hanya untuk mencari kehidupan yang baik tetapi lupa bagaimana cara meninggalkan kehidupan ini dengan cara yang khusnul khotimah. usikum waiyyaya nafsi bitaqwallahi.

Comments

Popular Posts