Why so Serious???


Ada yang berbeda dengan rutinitasku akhir-akhir ini, kebiasaan malas-malasan berubah 360 derajat menjadi kebiasaan membaca yang mau tidak mau harus menjadi hobi baru. Berkenalan dengan teman baru yang memiliki pengalaman lebih banyak, menjadi cerita tersendiri yang mewarnai step baru kehidupanku setelah menyelesaikan program sarjana. 
Beberapa hari terakhir Indonesia sedang ramai dengan euforia pendaftaran CPNS, sehingga topik seputar pekerjaan selalu menjadi hits di setiap  tempat yang saya datangi. "Dont TOO focus to your goal" ucap salah seorang teman saya, rasa kaget sempat melintas di pikiranku, setelah beberapa menit kemudian aku sadar makna dari kalimat yang kontras dengan premis populer yang biasanya kita dengar/lihat agar kita fokus mengejar tujuan kita. Adalah Joker, musuh batman yang populer dengan  kalimat "why so serious" sebuah kalimat bernada sindiran apabila kita hubungkan dengan konteks kehidupan manusia modern saat ini, yang dituntut untuk selalu cepat dalam segala hal akibat perkembangan teknologi yang terlalu cepat dan massif.
Dari kalimat "Dont TOO focus to your goal" saya mengambil beberapa pelajaran:
  1. live in the moment, kalimat yang menjadi inti dari video popular Daniel Ilabaca-Choose not to fall. Setelah menentukan goal, terkadang kita terlalu fokus terhadap goal tersebut sehingga tidak memerdulikan hal-hal yang terkadang lebih penting daripada goal tersebut, goal adalah prediksi masa depan yang kita sebagai manusia tidak tahu apa yang akan terjadi, hidup di masa sekarang  menjadi hal terpenting yang harusnya kita nikmati setiap proses di dalamnya. "proses lebih penting dari goal" adalah kalimat yang sering saya dengar, menikmati proses memungkinkan kita untuk menjadi lebih baik dalam setiap kegiatan yang kita lakukan dan tidak memungkinkan jika hasil akhirnya nanti malah lebih dari goal yang kita targetkan.
  2. sometimes, we need to slow down. struktur masyarakat kita yang telah berevolusi menjadi information & network society menuntut manusia untuk selalu bergerak cepat dan dinamis agar tidak ketinggalan dengan yang lain, konvergensi media dalam bentuk gadget semakin mendukung proses tersebut. Meminjam istilah dari Foucault "docile bodies" (tubuh-tubuh yang patuh) secara tidak sadar kita bergerak bagaikan mesin yang sudah diatur sedemikian rupa agar tidak merusak sistem sosial kita yang serba cepat. Disaat segalanya bergerak cepat, adakalanya kita berhenti sejenak untuk beristirahat dan melakukan intropeksi diri atas hal yang telah kita lakukan, istirahat tidak menghambat proses, tetapi mengumpulkan tenaga dan menyiapkan diri untuk bergerak lebih cepat dari sebelumnya.
  3. Terlalu fokus, terkadang membuat kita buta dan keras kepala. suatu hari dosen saya dalam mata kuliah metode penelitian kualitatif Dr. phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si, berkata "kosongkan gelas air yang terisi penuh, agar kamu dapat menerima pendapat orang lain, jangan sombong". Target beliau adalah merubah fokus tesis yang sudah ditargetkan mahasiswa sejak awal perkuliahan, agar lebih terbuka dengan pikiran baru (fresh insight), sehingga membuat kita lebih peka terhadap masalah yang terjadi di lingkungan kita dan tidak buta mengejar target kita yang belum tentu terbukti kebenarannya.
Pada akhirnya hanya diri kitalah yang tahu sistem mana yang cocok bagi kita, meminjam teori fungsionalisme struktural Talcott Parson pasti banyak pihak yang tidak setuju dengan artikel saya yang bersifat countercultural ini karena mengganggu kestabilan sistem ~haha~.

Segala hal dalam hidup di dunia sifatnya tidak pernah abadi, bersyukur atas segala hal yang kita dapat saat ini adalah bentuk terima kasih kita kepada Allah SWT, so, why so serious??? :D

Comments

Popular Posts