Antara puasa dan berbuka


Sudah seminggu kita memasuki bulan ke 9 dari kalender Hijriyah, bulan di mana tempat-tempat makan menutup tokonya dengan tirai ketika siang hari, bulan di mana jam macet berubah menjadi sore hari menjelang adzan maghrib, bulan munculnya para pedagang musiman, alim musiman, bijak musiman dan bulan di mana banyak kita temukan di media sosial orang mengucapkan “selamat sahur” setiap subuh tidak lupa dengan postingan poto menu sahur mereka dan “selamat berbuka” ketika menjelang maghrib tidak lupa memberitahukan menu berbuka dan tempat di mana mereka akan berbuka puasa. Ramadhan selalu menjadi bulan yang pernuh berkah bagi setiap orang, bukan hanya umat muslim yang mendapatkan berkah di bulan “obral pahala” ini, setiap tempat makan selalu laris dibanjiri pengunjung, toko baju muslim ramai pembeli, banyak para dermawan membagi kebahagiaan kepada saudaranya sesama keturunan Adam yang tidak seberuntung dirinya dalam segi materi. Puasa selalu memberi manfaat yang banyak baik dari segi jasmani dan rohani khususnya, maka tidak mengherankan bahwa setiap agama besar yang ada di dunia ini selalu mewajibkan puasa terhadap umatnya sebagai salah satu ritual keagamaan, yang membedakan hanya dari nomos (syariat)nya. Dalam Islam sendiri puasa telah dicontohkan oleh para nabi bahkan sebelum Rasulullah SAW, seperti yang dilakukan oleh nabi Daud AS.
Penelitian modern tentang manfaat puasa oleh para ilmuwan non muslim pun telah banyak kita temukan, karena puasa baik untuk kesehatan hati, paru-paru, pencernaan, ginjal dan tubuh secara umum, maka tidak mengherankan jika puasa banyak dijadikan sebagai metode penyembuhan berbagai macam penyakit, bahkan sebelum melakukan operasi kita dianjurkan untuk berpuasa selama kurang lebih setengah hari. Selain manfaat secara jasmani, puasa juga banyak memberi manfaat yang baik untuk kebutuhan rohani kita. Melatih kesabaran dan ketabahan, emosi serta hawa nafsu, mendidik jiwa agar dapat menguasai diri, dan masih banyak lagi. Dengan begitu manfaat yang bisa kita dapatkan dari berpuasa, sangat disayangkan apabila kita hanya bisa mengambil sedikit manfaat darinya, seharusnya kita sebagai manusia yang diberi kelebihan akal oleh Allah SWT bisa memaksimalkan manfaat puasa agar puasa kita tidak hanya sebatas menahan lapar dari imsya` sampe adzan maghrib.
Budaya berbuka yang terbentuk saat ini cenderung berlebihan, dapat dilihat contohnya dari banyaknya pengunjung pasar sore menjelang waktu berbuka, banyaknya undangan “bukber” di tempat-tempat makan, jalan raya selalu macet menjelang datangnya waktu berbuka. Sehingga, seolah-olah tujuan puasa kita adalah untuk “berbuka”, puasa tidak hanya berhenti ketika kita menyegerakan berbuka puasa, tetapi terdapat faktor lain yang terkadang kita lupa untuk melakukannya. Terkadang sering kita jumpai dalam acara berbuka bersama, mengakhirkan sholat maghrib sebagai ibadah wajib lazim kita lihat, padahal Rasulullah SAW selain mencontohkan kepada kita untuk menyegerakan berbuka, beliau juga mencontohkan agar kita berbuka dengan menggunakan kurma, seperti yang terlihat dalam sabda beliau “Dari Salman bin Amir Adh Dhabiyyi, dari Rasulullah, beliau bersabda”Bila seseorang di antara kamu berbuka puasa, hendaklah dengan buah kurma, bila tidak ada, maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci” (H.R imam lima). Secara eksplisit dapat kita perhatikan bahwa Rasulullah hanya berbuka dengan menggunakan kurma atau air putih, dengan logika dapat kita perhatikan bahwa memakan sebutir maupun 3 butir korma (sesuai yang dicontohkan Rasul) atau meminum air hanya membutuhkan waktu yang sebentar, sehingga kita dapat melaksanakan sholat maghrib tepat waktu seperti yang biasa kita lakukan.
Dari hadist tersebut dapat kita lihat kesederhanaan Rasul dalam berbuka, berbeda dengan budaya kita yang senantiasanya bermewah-mewah dalam berbuka, sehingga memberikan kesan “balas dendam” setelah 13 jam menahan makan dan minum, kesabaran kita juga runtuh tatkala kita dihadapkan kepada makanan yang banyak tersebut sehingga tanpa kita sadari terkadang kita dapati diri kita kekenyangan setelahnya, sehingga terbukti sabda Rasul ”Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga (H.R Ath Thobroniy dalam Al Kabir (Hadist ini shohih li-ghoirihi))”. Efek lain dari kekenyangan adalah membuat mengantuk dan sulit berpikir, sehingga ibadah yang kita lakukan setelah berbuka seperti sholat isya dan qiyamul lail (tarawih) tidak bisa kita lakukan dengan khusyuk, sedangkan kita ketahui bersama bahwa khusyuk merupakan syarat diterimanya ibadah kita.

Seyogyanya kita dapat lebih memahami makna ibadah puasa yang kita lakukan agar dapat memberi manfaat baik bagi jasmani maupun rohani kita, sehingga puasa kita tidak hanya sebatas menahan makan dan minum selama 13 jam dan manfaat akhirnya tidak kita dapatkan akibat budaya berlebih-lebihan yang kita lakukan ketika berbuka puasa. (07072014)

Comments

Popular Posts